Sabtu, 24 Oktober 2009

Hizbut Tahrir Dan Sepuluh Burung

Hizbut Tahrir Dan Sepuluh Burung
“Satu burung di tangan lebih baik dari sepuluh burung di atas pohon.” Dengan kata kiasan ini telah menjadikan mudah bagi setiap pengemban misi untuk berpaling dari rel tujuan yang diinginkan menuju rel tujuan yang dipengaruhi oleh realitas dan tekanan yang sulit dihadapi dan dilaluinya.
Ketika didirikan gerakan, partai, atau jamaah apapun perlu menciptakan perubahan tertentu atau kebangkitan apa saja. Sedang langkah pertama yang harus diselesaikan oleh organisasi ini adalah langkah “menentukan tujuan”. Kemudian menentukan langkah kedua, yaitu “menentukan cara (metode) untuk mewujudkan tujuan”. Dengan ini, mulai tampak adanya perbedaan di antara berbagai jamaah dalam arus secara umum. Jadi, ada arus Islam, arus liberalisme, arus sosialisme, dan sebagainya.
Dan bahkan beberapa jamaah yang beraktivitas di arus yang sama sekalipun juga ada perbedaan di antara jamaah-jamaah itu. Jamaah-jamaah Islam misalnya, ada yang radikal, moderat, dan ada yang aktivitasnya terbatas pada urusan akhlak dan ibadah, sehingga satu sama lain tidak masuk klasifikasinya.
Pembicaraan kita hingga di sini masih pembicaraan untuk melihat fakta yang ada secara teori. Akan tetapi gambaran sebenarnya sering tidak sejalan dengan teori dan menyakitkan, yaitu adanya perbedaan antara tujuan dan metode jamaah ketika didirikan, dengan tujuan dan metode pada saat jamaah itu dibenturkan dengan berbagai tantangan dan hambatan.
Sebagian besar jamaah mengemukakan tujuan yang dapat dikatakan bahwa tujuannya sangat ideal. Namun, apabila metodenya mulai dibenturkan dengan berbagai tantangan dan hambatan, dan mulai dihadapkan dengan angin yang kencang maupun yang sepoi-sepoi, maka jamaah-jamaah itu mulai naik-turun antara madu yang dijanjikan dan api yang mengancamnya. Sehingga kita dapati jamaah-jamaah itu menerima satu burung yang di tangan, dan melupakan sepuluh burung yang di atas pohon, yang sebelumnya mereka pikirkan siang dan malam bahwa mereka tidak akan pernah menerima kecuali dengan mendapatkan semua burung.
Burung yang di tangan itu bisa berupa kursi menteri yang terbuat dari kulit buaya, atau kursi parlemen yang di dalamnya mereka turut menghabiskan waktunya siang dan malam untuk membuat undang-undang. Atau burung yang di tangan itu berupa lembaga sosial yang beraktivitas menyantuni para janda dan anak yatim. Untuk itu, mereka pun menghadiahi penguasa dengan doa yang baik agar mereka diizinkan mendirikan lembaga-lembaga sosial ini, atau mereka diberi izin mendirikan channel televisi yang tayanggannya menawarkan surga. Atau burung yang di tangan itu terkadang berupa kekuasaan bersenjata atas sebuah wilayah geografis yang luasnya hanya cukup untuk penduduk satu perkampungan di antara perkampungan di Kairo, dan terkadang burungnya lebih kecil atau lebih rendah dari semua itu. Sehingga kami hampir tidak salah ketika kami katakan bahwa ada sebagian dari jamaah-jamaah itu yang rela (puas) meski hanya mendapatkan satu bulu saja dari sayap burung itu. Begitu juga, tidak jarang jamaah-jamaah yang mengumumkan bahwa mereka menempuh metode Islam, namun ketika mereka telah menjadi perdana menteri, mereka mulai memintakan rahmat untuk sang penghancur negara Islam, Musthafa Kemal Ataturk laknatullah ‘alaih.
Ketika seseorang melakukan pengamatan terhadap gerakan-gerakan Islam, maka ia akan menemukan mereka semua rela (puas) hanya mendapatkan satu burung, atau sayap burung, bahkan kamu dapati mereka rela (puas) meski hanya mendapat satu bulu saja dari ekor burung. Untuk itu, sekarang kamu harus mengarahkan pandangan mata anda untuk meneliti Hizbut Tahrir.
Sebelum meneruskan pembicaraan tentang Hizbut Tahrir, maka saya tegaskan, sekali lagi saya tegaskan bahwa pembicaraan ini tidak saya tulis dalam rangka untuk pembelaan terhadap Hizbut Tahrir. Namun ini merupakan kenyataan sebenarnya yang saya ketahui sendiri, yang saya lakukan dengan berbagai media penelitian, sehingga ini murni jauh dari dorongan hawa nafsu dan emosional.
Sesungguhnya Hizbut Tahrir menolak logika “burung di tangan”. Hizbut Tahrir menolak mendapatkan kurang dari sepuluh burung yang di atas pohon. Bahkan Hizbut Tahrir mencari lebih banyak lagi burung-burung yang di atas pohon. Hizbut Tahrir menginginkan semua pohon dan semua burung yang ada di atasnya. Sebab, Hizbut Tahrir menilai bahwa mendapatkan sepuluh burung yang ada di atas pohon itu hanyalah titik sentral (nuqthah irtikaz) yang darinya akan dumulai perburuan semua burung yang banyak di atas pohon.
Sepuluh burung yang hendak didapat Hizbut Tahrir tercermin dalam ”penyatuan kaum Muslim dalam satu institusi politik yang akan menerapkan syariah Islam, dan menaklukkan negeri-negeri yang lainnya di dunia dengan jihad untuk menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakatnya. Inilah sistem Khilafah Islamiyah”.
Meskipun mereka yang menggunakan logika ”burung di tangan” senantiasa mencela tujuan Hizbut Tahrir yang sangat ideal ini, bahkan ada sebagian mereka yang berani menilai bahwa tujuan Hizbut Tahrir hanyalah ”mimpi” dan ”hayalan”. Namun Hizbut Tahrir sejak berdiri tahun 1953 M. di al-Quds (Yerusalim) hingga sekarang ini, Hizbut Tahrir tidak menampakkan penyimpangan sedikitpun dari tujuan yang telah ditetapkan untuk dirinya, yaitu mendapatkan sepuluh burung yang di atas pohon. Hizbut Tahrir tidak mau menerima hanya mendapat satu burung di tangan.
Yang lebih mengagumkan lagi jika kamu membaca sejarah perjalanan Hizbut Tahrir bahwa Hizbut Tahrir menempuh metode tertentu yang belum pernah berubah selama enam dekade perjalannya, yaitu metode politik yang menghantarkan pada terciptanya perubahan secara revolusi di tengah-tengah masyarakat. Hizbut Tahrir dalam melakukan aktivitasnya fokus pada dua poros utama:
Pertama, menyeru umat, melakukan penyebaran idenya, dan memasuki setiap persendian umat.
Kedua, menyerukan para pemilik kekuatan persenjataan (para pemimpin militer dan kepala suku), menyakinkan mereka untuk menguasai pemerintahan, dan memberikannya kepada Hizbut Tahrir.
Jadi di sana ada kekuatan yang tersimpam dalam diri Hizbut Tahrir yang bukan sekedar partai simbol dan publikasi. Sehingga Hizbut Tahrir menjadi sumber ketakutan dan kegelisahan yang menyelimuti para penguasa Barat dan Timur.
Hizbut Tahrir melakukan kontak dengan setiap elemen umat: para ulama, tokoh masyarakat, pemikir, ilmuwan, rektor, mendatangi berbagai universitas, sekolah, rumah, lembaga, masjid, gerakan, partai, dan banyak lagi yang lainnya.
Barangkali bukti nyata atas keberhasilan kontak yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir ini adalah Konferensi Ekonomi Internasional yang diadakan Hizbut Tahrir di awal tahun ini di Khurthum dengan menawarkan solusi problem ekonomi internasional. Di mana konferensi itu dihadiri sekitar 6.000 orang yang semuanya memperlihatkan puncak kekaguman dan dukungan terhadap ide yang ditawarkan Hizbut Tahrir yang semuanya bersadarkan pada dalil-dalil syariah.
Sedang contoh lainnya adalah Konferensi Ulama Internasinal yang juga diadakan oleh Hizbut Tahrir beberapa hari yang lalu (21 Juli 2009) di Indonesia, yang dihadiri oleh ribuan ulama yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Dua tahun sebelumnya Hizbut Tahrir juga mengadakan konferensi yang luar biasa gemanya di Jakarta pada tahun 2007 M. untuk mengenang runtuhnya Khilafah, dan konferensi dihadiri lebih dari 100.000 orang peserta.
Hizbut Tahrir sangat baik dalam melakukan kontak dengan menyampaikan semua harapan umat, dan menyakinkan mereka tentang pentingnya membuang logika ”burung di tangan”, dan menggantinya dengan prinsip ”tidak menerima kurang dari sepuluh burung yang di atas pohon”. Hizbut Tahrir sadar betul bahwa memburu sepuluh burung yang begerak di atas pohon bukanlah perkara yang mudah kecuali telah memiliki semua peralatan yang dibutuhkannya, seperti peralatan berburu, penembak yang jitu, dan kekuatan. Oleh karena itu, kami dapati Hizbut Tahrir memfokuskan seruan kepada para pemilik kekuatan persenjataan, yang biasanya mereka itu tercermin pada kalangan militer.
Barangkali saya tidak salah dan tidak berlebihan juga jika saya menilai bahwa Hizbut Tahrir suatu saat akan mendapatkan dukungan massa yang sangat luas sekali di seluruh belahan penjuru dunia Islam guna menyampaikan misi kepada para pemilik kekuatan yang subtansinya adalah ”apabila kalian menolong kami, maka merekalah orang pertama yang menghujani kebaikan”.
Kebanyakan individu masyarakat di saat sekarang ini, terkadang tidak mau bergabung dengan Hizbut Tahrir, terkadang untuk mendukung saja mereka takut, dan terkadang beberapa ide mereka bertentangan dengan ide Hizbut Tahrir. Namun di sana ada faktor umum, dan saya yakin semua sepakat dengannya, yaitu bahwa Hizbut Tahrir sejak saat didirikannya tidak menerima jika mendapatkan kurang dari sepuluh burung yang di atas pohon, dan Hizbut Tahrir tetap teguh dengan pilihannya ini. Dan semuanya akan benar-benar tampak jelas di masa mendatang. Sehingga tidak lama lagi kami akan mengundang ke sebuah pesta umat, yang di dalamnya kami akan mengundang Hizbut Tahrir untuk memakan sepuluh burung bahkan bisa lebih dari itu.

Sumber: al-aqsa dari www.qudsnet.com, 25/7/2009
Oleh: Raji al-Aqqabi

Kamis, 22 Oktober 2009

Ilusi Negara Demokrasi

Sudah hampir dua bulan buku berjudul Ilusi Negara Demokrasi tergeletak begitu saja di lemari buku. Tidak saya buka-buka apalagi dibaca. Pernah sekali membaca tapi hanya tulisan ringkasan di sampul paling belakang. Tulisannya mengena dan masuk akal. Saya paham dan langsung benci demokrasi.

Tadi  malam, saat semua terlelap, buku-buku di lemari saya pandangi. Buku yang disusun Farid Wadjdi & Shidiq Al Jawi et.al ini rupanya memberikan efek magnet yang besar. Saya ambil dan membaca daftar isinya. Ada satu tulisan yang membuat saya ingin membaca secara lengkap, ialah tulisan M Kusman Sadik di halaman 211. Berjudul Kapitalisme, Demokrasi, dan Invasi Budaya. Tulisan pertama di Bab V ini rasanya menarik untuk dipahami.Tiga puluh menit kurang saya membacanya. Cukup lama, karena ada beberapa paragraf yang harus saya ulang beberapa kali untuk mencari intisarinya. Luar biasa, isinya. Kusman Sadik bukan hanya menelanjangi peradaban Barat yang berasaskan ideolagi Kapitalisme juga memberikan pemahana kepada pembaca soal pengertian sejumlah istilah yang dinukil dari sejumlah buku dan tokoh. Misalnya, hadharah, tsaqofah, dan istilah lain yang saya anggap tidak banyak yang mengerti. Kecuali aktivis gerakan Islam, semisal Hizbut Tahrir.Juga, Kusman membuat kita terbelalak atas kesalahan-kesalahan peradaban barat selama ini. Sekaligus memberikan efek luar biasa atas sikap yang harus diambil.

Ingin sekali saya menuliskan ringkasannya di blog ini. Insya Allah suatu ketika. Yang jelas, bahwa ideologi di dunia ini hanya ada 3, Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme-Komunisme. Islam tidak diemban negara tapi hanya diemban jutaan manusia. Kapitalisme diemban negara AS dll. Komunisme runtuh setelah Uni Soviet runtuh.
Nah, AS sekarang lagi giat-giatnya menyebarkan ideologinya dengan berbagai cara dan di berbagai bidang. Tapi, metodenya satu yaitu penjajahan, baik keras maupun lembut. Keras artinya dengan perang. Sedangkan yang lembut banyak macamnya. Di bidang ekonomi dengan pinjaman utang yang berbunga. Bidang pendidikan; perubahan kurikulum yang menegasikan agama, bahkan sekulerisasi ajaran agama dengan umum. Di bidang sosial; ide kesetaraan gender. Bidang politik; ide-ide demokrasi. Bidang budaya; sekulerisasi sikap, misalnya ide pacaran, pornoaksi, pornografi, antihijab, terorisme, dll.

Saya sampai kesal lalu berdoa kepada ALLAH SWT untuk menghancurkan ideologi Kapitalsme dan negara pengembannya sehancur-hancurnya. Dan berdoa agar KHILAFAH ISLAMIYAH kembali tegak di muka bumi dengan mengemban Ideologi ISLAM yang rahmatan lil'alamin....Semoga....Allahuakbar!!

Anak-anak

Duh, anak-anak susahnya untuk dimengertikan. Rasa kesal sering mengintip di balik hati ini. Tapi, segera hilang ketika menyadari bahwa mereka adalah bagian dari hidupku, yang sering memberi senyum, tawa, dan haru. Istri sering mengingatkan tentang sikap apa yang harus saya lakukan ketika anak-anak tidak bisa dimengertikan...

Ibu saya juga sering komentar atas sikap cucunya itu. Tapi komentarnya positif. Kadang sering mengambil penggalan sejarah masa lalu. Misalnya, "Kamu juga waktu kecil begitu...". Saya hanya tersenyum kecil. Ya, kata pepatah, apel tidak akan jauh dari pohonnya. Lalu, kadang saya merenung dan berkata-kata di hati, "bisa saja orangtua saya lebih kesal atas sikap yang sulit dimengertikan itu...". Oh....

Waktu yang sulit untuk mengertikan anak-anak yaitu di pagi hari dan malam hari. Pagi hari, kadang-kadang sulit menyadarkan mereka untuk terbiasa ke sekolah tanpa ada perintah dari ibunya. Juga sulit untuk makan sendiri. Yang parah, seringkali meminta saya untuk membantu mereka, mulai mandi, makan, sampai mengantar ke sekolah. Akhirnya, tugas yang seharusnya sudah tersiapkan di pagi hari terbengkalai. Atau, seharusnya pagi menata ulang apa yang dipersiapkan semalam untuk di bawa kerja, juga tidak maksimal. Belum lagi kalau pas datang sekolah, anak kedua minta ditunggu. Kalau tidak nangis sejadi-jadinya. Nah, kondisinya ini yang sering memunculkan kekesalan. Meski sering dikatakan dengan lembut bahwa saya mau kerja dan alasan lainnya, tetap saja tidak mau. Kalu sudah begini, mmmh...rasanya ingin nangis. Tersiksa tidak bisa apa-apa...Parahnya, kalau diantar sama ibunya sering tidak mau.

Di malam hari, saat serius sedang membaca, menulis, atau mengerjakan tugas, tiba-tiba anak merengek untuk dikelon. Lagi-lagi, selalu sama Abinya.... Sudah dimengertikan, tapi sulitnya minta ampun. Dan akhirnya mengalah. Sialnya, saat mengelon itulah kantuk datang dan tertidur pulas... So, tugas tidak dikerjakan.

Di mana istri? Istri terlalu sibuk mengurus si bungsu. Saya kadang memiliki perasaan yang teramat kasihan kepadanya. Pagi, dia harus membereskan apa yang perlu dibereskan. Mulai dari mencuci, masak, dan segala-gala.... Terlihatnya lelah.

Akhirnya, untuk sementara apa yang dilakukan perlu ada perubahan. Tugs tidak perlu ditunda untuk dikerjakan. Lalu, pembagian peran perlu dipertegas. Sehingga saling melengkapi.....Semoga yang saya lakukan tetap berpahala, untuk bekal di hari akhir nanti. Amin....